Review Jurnal
BERKARYA DAN BERCERITA MELALUI
FOTOGRAFI EKSPRESI
Penulis jurnal : Riva Amalia Fasiha
Tahun terbit : Juli 2023
Halaman jurnal : 128 - 135
Teori :
Dalam jurnal “Berkarya dan Bercerita Melalui Fotografi Ekspresi” Fotografi adalah bahasa visual yang menyampaikan pesan tanpa kata. Melalui elemen visual seperti komposisi, pencahayaan, dan perspektif, fotografer dapat menyampaikan emosi, ide, dan cerita. Cara yang paling mudah untuk menggambarkan maksud atau pesan cerita dari sebuah foto misalnya dengan menunjukkan ciri khas objek atau penambahan properti yang berhubungan dengan objek, sebagai elemen pendukung.
Proses kreatif sebagai langkah-langkah dalam mewujudkan karya fotografi ini untuk menciptakan visual yang indah, serta menjadi cara untuk menuangkan cerita yang ingin dibangun. Setiap fotografer memiliki proses kreatif yang berbeda, tergantung alat kerja seperti apa yang membuatnya nyaman dalam menyelesaikan tugas nya.
Metode :
Metode penciptaan yang pertama adalah seleksi data. Proses seleksi data diperlukan agar lebih fokus pada pokok permasalahan serta nantinya penelitian dapat berjalan dengan lebih efektif. Metode penciptaan selanjutnya adalah eksplorasi. Eksplorasi merupakan sebuah tahapan yang dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi dan data-data yang berkaitan dengan objek penelitian sebanyak mungkin. Informasi dan data-data bisa didapatkan melalui literatur-literatur, karya ilmiah, artikel, maupun buku-buku, dalam hal ini bisa disebut juga sebagai studi pustaka. Selain itu, eksplorasi juga dilakukan dengan cara melakukan wawancara langsung kepada pelaku usaha terkait data-data yang
tidak didapatkan dari proses studi pustaka. (Febrianto, Ermawati, dan Marah 8).
Fotografi juga merupakan sebuah bentuk komunikasi visual dimana melalui foto yang dihasilkan terdapat bentuk penyampaian pesan dari fotografer kepada orang yang melihat foto tersebut. Foto dalam hal ini menjadi sebuah penanda simbol-simbol yang nantinya diharapkan bisa ditangkap dalam bentuk pesan oleh orang yang melihat foto tersebut (Pramiswara, 2021).
Kesimpulan hasil penelitian :
Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana fotografi ekspresi digunakan sebagai media untuk berkarya dan bercerita, dengan fokus pada teknik, konsep, dan elemen estetika yang digunakan dalam karya-karya fotografi. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa fotografi ekspresi adalah media yang efektif untuk menyampaikan cerita dan emosi. Teknik dan konsep yang digunakan dalam fotografi ekspresi memungkinkan fotografer untuk mengekspresikan identitas diri dan menciptakan karya yang bermakna dan berdampak. Melalui pemahaman dan penerapan teori-teori tentang ekspresi, kepribadian, dan komunikasi visual, fotografer dapat menciptakan karya yang tidak hanya indah secara visual tetapi juga kaya akan makna dan narasi. Dengan melalui perkembangan pesat dalam seni fotografi, diharapkan mampu memicu gairah untuk terus berinovasi dan menciptakan karya yang bersifat kontemplatif.
PELATIHAN SMARTPHONE FOTOGRAFI PADA PELAKU UMKM DI TANGGERANG SELATAN
Penulis jurnal : Ida Susanti, Ayoeningsih Dyah Woelandhary, Tasri Jatnika, M. Rizky Kadafi, SiTI Khodijah Lestari
Tahun terbit : Mei 2023
Halaman jurnal : 551 - 558
Teori :
Dalam jurnal “Pelatihan Smartphone Fotografi pada Pelaku UMKM di Tanggerang Selatan” Salah satu masalah yang dihadapi oleh UMKM di bidang kuliner adalah kurangnya kualitas visual dalam promosi produk. Oleh karena itu, Program Desain Komunikasi Visual Universitas Paramadina melakukan pelatihan fotografi untuk membantu pelaku UMKM di Tangerang Selatan meningkatkan kualitas visual produk mereka. Pelatihan ini menggunakan smartphone untuk memotret makanan, yang kemudian dapat digunakan dalam kemasan dan promosi produk.
Rumah makan adalah tempat yang dioperasikan secara komersial untuk menyediakan makanan dan minuman kepada tamu. Berbeda dengan restoran yang lebih formal, rumah makan sering kali dikelola sebagai usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) tanpa badan hukum besar seperti PT atau CV. UMKM didefinisikan oleh UU Nomor 20 Tahun 2008 sebagai bisnis yang dikelola oleh individu atau rumah tangga dengan kriteria tertentu berdasarkan omzet, aset, dan jumlah karyawan.
Metode :
Pelatihan meliputi teknik dasar fotografi, tata letak, komposisi, dan unsur pendukung lainnya. Ini dilakukan dengan menggunakan smartphone yang dimiliki oleh para pelaku UMKM. Pelatihan ini difokuskan pada aplikasi praktis dalam pengambilan gambar produk makanan. Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Paramadina berupaya memberikan pelatihan dasar fotografi menggunakan smartphone kepada para pelaku UMKM ini. Tujuannya adalah meningkatkan keterampilan mereka dalam menghasilkan visual produk yang menarik, yang diharapkan dapat meningkatkan penjualan dan kualitas informasi visual dari produk mereka.
Kesimpulan hasil penelitian :
Dalam upaya memberikan pelatihan keterampilan fotografi dengan smartphone dan kemasan
pada pelaku bisnis. Pelatihan fotografi dapat meningkatkan citra visual pada produk yang akan dijual,
jika produk itu adalah produk makanan maka tampilan foto yang harus diciptakan harus terlihat enak,
sebagai cara untuk mempersuasi konsumen membeli produk yang ditawarkan oleh UMKM. Dari
sebuah foto, setiap orang pasti memiliki penafsiran yang berbeda. Diharapkan pelatihan ini akan meningkatkan keterampilan fotografi pelaku UMKM, yang pada gilirannya akan berdampak pada peningkatan jumlah penjualan. Selain itu, visual yang lebih baik dapat membantu dalam membentuk brand dan identitas produk, sehingga produk mereka lebih mudah dikenali oleh konsumen. Maka demikian pelatihan fotografi dengan smartphone ini sangat bermanfaat bagi pelaku UMKM di Tangerang Selatan dalam meningkatkan kualitas visual produk mereka. Dengan keterampilan yang lebih baik, pelaku UMKM dapat lebih efektif dalam mempromosikan produk mereka, meningkatkan daya tarik visual dan informasi yang disampaikan kepada konsumen. Walaupun hanya menggunakan sebuah smartphone tetapi dengan penggunaan teknik dan komposisi yang tepat dapat memberikan sebuah visual yang lebih menarik.
PELATIHAN FOTOGRAFI DAN VIDEOGRAFI SECARA VIRTUAL
DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN DIRI PADA PANDEMIC
Penulis jurnal : Yana Erlyana dan Hendia Hansen
Tahun terbit : Maret 2021
Halaman jurnal : 47 - 54
Teori :
Dalam jurnal “Pelatihan Fotografi dan Videografi Secara Virtual dalam Peningkatan Kemampuan Diri pada Pandemic” menjelaskan bahwa pada masa pandemi COVID-19 menyebabkan perubahan sosial yang tidak terencana dan memaksa masyarakat untuk adaptif, termasuk dalam peningkatan diri melalui teknologi. Fotografi dan videografi berkembang dari manual ke digital, dan pandemi memicu tren virtual photography dan videography. Disini dijelaskan yang mempraktik-kan hal ini adalah dari siswa/i SMK Bonavita Tangerang.Virtual photography adalah teknik pengambilan gambar jarak jauh melalui video call, memerlukan koneksi internet yang baik, serta persiapan lokasi, atribut, model, dan pencahayaan yang tepat.
Metode :
Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini menggunakan metode penelitian tindakan kolaboratif dan partisipatori (PAR). Prosesnya melibatkan pemberian materi tentang tata cara pengambilan gambar secara non-virtual dan virtual, dilanjutkan dengan praktik oleh siswa serta bimbingan. Siklus PAR mencakup tahap mengetahui, memahami, merencanakan, melancarkan aksi, dan refleksi. Dalam teori PAR terdapat siklus yang dijadikan tolak ukur keberhasilan proses penelitian berbasis pemberdayaan masyarakat. Adapun siklus tersebut dikenal dengan istilah KUPAR (to Know, to Understand, to Plan, to Action dan to Reflection). To Know (untuk mengetahui) merupakan proses awal dalam pemberdayaan dengan mempertimbangkan pandangan subyektif peneliti terhadap kehidupan masyarakat yang diteliti, serta membangun kesepakatan sehingga peneliti diterima oleh
masyarakat tersebut. Melalui pembelajaran dalam daring (dalam jaringan) sehingga proses tanya
jawab diijinkan secara langsung saat praktik berlangsung. Kemudian pada praktik, pembicara juga mengajak para peserta untuk mecoba secara langsung tahapan yang dilakuka oleh pembicara, sehingga tidak diperlukan tatap muka secara langsung pada masa itu.
Kesimpulan hasil penelitian :
Secara keseluruhan dari isi jurnal ini menjelaskan PKM ini adalah bagian dari acara "Mental Health 2020" oleh SMK Bonavita Tangerang, diadakan secara online melalui Google Meet pada 26 November 2020. PKM dimulai dengan perkenalan pembicara, dilanjutkan dengan sesi pemberian materi teori dan praktik langsung. Materi meliputi tahapan pra-produksi (pembuatan konsep visual, penentuan lighting, lokasi, dan properti), produksi (angle dan komposisi), serta pasca-produksi (editing). Setelah materi teori, peserta diberikan kesempatan untuk praktik langsung, di mana mereka mencoba penggunaan kamera dan editing dengan bimbingan dari pembicara. Peserta yang menghasilkan foto terbaik diberi hadiah sebagai motivasi. Pelatihan ini berhasil meningkatkan kemampuan fotografi dan videografi peserta, dengan adaptasi teknik yang relevan untuk situasi pandemi. Respons positif dari peserta menunjukkan keberhasilan metode yang digunakan, membuktikan efektivitas pelatihan virtual dalam pengembangan keterampilan teknologi.
ANALISIS EDFAT PERBANDINGAN FOTOGRAFI JURNALISTIK
“DEMO SAVE REOG” DI RADAR PONOROGO DAN
MEMO PONOROGO EDISI 8-9 APRIL 2022
Penulis jurnal : Ari Rahmadhani, Ayub Dwi Anggoro, dan Niken Lestarini
Tahun terbit : 2022
Halaman jurnal : 43 - 58
Teori :
Pada jurnal ini menganalisis fotografi jurnalistik pada edisi "Demo Save Reyog" di Radar Ponorogo dan Memo Ponorogo, yang mengangkat demonstrasi untuk melindungi kesenian reyog dari klaim negara lain. Demo ini diadakan di depan Paseban Alun-Alun, Ponorogo, melibatkan seniman reyog dari seluruh kecamatan. Tujuan demo ini adalah untuk mendorong KEMENDIKBUD mendaftarkan reyog sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO.
Metode :
Penelitian jurnal ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menganalisis fotografi jurnalistik dari Radar Ponorogo dan Memo Ponorogo menggunakan metode EDFAT yang merupakan kepanjangan dari Entire, Detail, Framing, Angle dan Timing.Yaitu teknik pengumpulan data meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi. Kesenian Reyog Ponorogo adalah warisan budaya yang harus dilestarikan. Masyarakat Ponorogo mengadakan demo setelah mendengar bahwa Malaysia berencana mengklaim reyog sebagai warisan budayanya. Media di Ponorogo, baik cetak maupun digital, menjadi sarana utama penyampaian informasi. Fotografi jurnalistik berperan penting dalam mendokumentasikan dan menyampaikan berita ini.
Kesimpulan hasil penelitian :
Analisis pada fotografi jurnalistik dari Radar Ponorogo dan Memo Ponorogo menunjukkan bahwa teknik pengambilan gambar yang tepat dapat mengkomunikasikan makna yang mendalam tentang kecintaan masyarakat Ponorogo terhadap reyog. Fotografer menggunakan metode EDFAT untuk menangkap momen dengan detail dan sudut pandang yang menarik, serta memanfaatkan pencahayaan yang tepat untuk menghasilkan foto yang jelas dan bermakna. Fotografi jurnalistik pada edisi "Demo Save Reyog" di Radar Ponorogo dan Memo Ponorogo berhasil menggambarkan semangat masyarakat Ponorogo dalam melestarikan kesenian reyog. Teknik pengambilan foto yang menggunakan metode EDFAT mampu menangkap momen penting dan menyampaikan pesan yang berkesan dan menarik. Penelitian diatas merupakan sebuah implementasi dari hasil perumusan masalah untuk mengetahui bagaimana cara seorang fotografer jurnalistik mendapatkan sebuah foto yang bisa mengungkapkan pesan yang terkandung didalamnya agar tersampaikan secara tepat dan jelas kepada pembaca berita
PERANCANGAN FOTOGRAFI SEBAGAI MEDIA
PROMOSI DIGITAL BRAND LOKAL “CUTOFF”
Penulis jurnal : Mochamad Wahyu Ar Reza, Nanda Nini Anggalih
Tahun terbit : 2023
Halaman jurnal : 259 - 267
Teori :
Jurnal ini “Perancangan fotografi sebagai media promosi digital brand lokal “Cutoff” membahas pentingnya fotografi sebagai alat promosi digital untuk brand lokal Cutoff, yang dikenal dengan konsep life daily wear. Di era digital ini, gaya berpakaian terus berubah dan brand lokal seperti Cutoff menjadi pilihan populer. Namun, pemasaran Cutoff masih menghadapi tantangan karena banyak masyarakat belum mengenal brand ini. Cutoff adalah sebuah produk pakaian pria yang berdiri di awal tahun 2020 di kota Surabaya, dalam memasarkan produknya Cutoff tidak memiliki offline store namun melakukan penjualan melalui media sosial Instagram dan platform digital market place seperti Shopee & Tokopedia. Dengan adanya brand local Cutoff ini menambah kesan tersendiri bagi para calon pelanggan.
Metode :
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bertujuan untuk meneliti objek dalam kondisi alamiah tanpa manipulasi, sehingga objek tetap asli saat penelitian dilakukan. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan observasi untuk memahami masalah pengguna, kemudian dianalisis menggunakan metode SWOT yang memiliki artikekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Fotografi sebagai media promosi dapat diaplikasikan di berbagai platform digital seperti Instagram, TikTok, website, e-commerce, video billboard, dan lainnya, memberikan gambaran visual yang menarik dan informatif tentang produk yang dijual.
Kesimpulan hasil penelitian :
Hasil penelitian pada jurnal ini menghasilkan enam foto produk dengan konsep minimalist yang menggunakan teknik flat lay, hero shot, dan detailed shot. Fotografi ini dirancang untuk meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk Cutoff. Teknik flat lay menonjolkan produk dari sudut pandang atas, hero shot menunjukkan produk dalam penggunaan sehari-hari dengan model, dan detailed shot fokus pada detail produk. Foto produk yang dirancang dengan baik dapat meningkatkan daya tarik visual dan kepercayaan konsumen terhadap brand lokal seperti Cutoff. Teknik fotografi yang tepat sangat penting dalam menampilkan kualitas dan detail produk, yang pada gilirannya dapat meningkatkan penjualan dan mengenalkan produk ke pasar yang lebih luas.
PENGEMBANGAN TEKNIK FOTOGRAFI BAGI UMKM DI MOJOKERTO UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN MERK
Penulis jurnal : Rizky Pratama Ramadhani dan Dhani Ichsanuddin Nur
Tahun terbit : 2023
Halaman jurnal :110 - 118
Teori :
Dalam menciptakan atau meningkatkan citra merek umumnya dilakukan dengan
menggunakan iklan media online baik berupa konten media sosial hingga media sosial ads
maupun melalui siaran offline yang dilakukan di televisi maupun radio. Dalam penggunaan
iklan diharapkan dapat menciptakan citra sebuah merek pada benak konsumen dengan kuat
sehingga akan terus diingat oleh konsumen dalam berbagai kondisi. Menurut Suciningtyas
(2012) citra merek yang bersifat positif sejalan dengan keputusan pembelian yang juga dapat
bersifat positf, yang mana semakin baik citra merek yang dimiliki perusahaan maka tingkat
keputusan pembelian juga akan semakin meningkat.
Metode :
Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah observasi dan diskusi kelompok yang disertai demonstrasi langsung. Pelatihan dilakukan menggunakan aplikasi Open Camera dan situs web AI Pebblely.com yang dapat di akses menggunakan handphone agar mempermudah para penjual UMKM untuk memahami. Metode ini memungkinkan para pembuat UMKM untuk langsung mempraktikkan teknik fotografi dan berdiskusi dengan instruktur. Selanjutnya, peserta dilatih menggunakan situs web Pebblely.com untuk mengedit gambar produk secara otomatis menggunakan AI. Hasilnya adalah gambar dengan resolusi tinggi yang siap diunggah ke media sosial, memungkinkan UMKM untuk meningkatkan daya tarik visual produk mereka tanpa perlu peralatan mahal atau jasa fotografer profesional
Kesimpulan hasil penelitian :
Pelatihan ini menunjukkan bahwa teknologi, seperti aplikasi Open Camera dan AI di Pebblely.com, dapat membantu pelaku UMKM dalam meningkatkan kualitas fotografi produk mereka. Dengan gambar produk yang menarik, kesadaran merek UMKM dapat meningkat, yang berpotensi meningkatkan penjualan. Selain itu, pelaku UMKM diharapkan terus mengikuti perkembangan teknologi untuk tetap kompetitif di pasar era modern.
MEMOTRET PRODUK DENGAN BERBAGAI KONSEP PEMOTRETAN
PADA PRODUK KOSMETIK SEBAGAI MEDIA PROMOSI
Penulis jurnal : Ida Susanti
Tahun terbit : 2023
Halaman jurnal :1- 8
Teori :
Jurnal ini membahas pemanfaatan fotografi dalam memotret produk kosmetik sebagai media promosi. Mengingat pentingnya visual dalam menarik perhatian konsumen, foto produk memainkan peran krusial dalam dunia periklanan online. Menjelaskan dengan tentang dasar-dasar teknik fotografi salah satu teknik yang dijelaskan pada jurnal ini adalah Dept of Field (DoF).
Metode :
Metode yang digunakan menurut jurnal ini adalah metode deskriptif kualitatif yang menjelaskan proses pemotretan dari awal hingga hasil karya tercipta. Dengan tema “Still life”. Dapat diartikan sebagai memotret benda mati agar tampak lebih hidup dan berbicara. Fotografi still life bukan hanya memindahkan objek kedalam sebuah gambar, tetapi lebih dapat mengandung arti dengan pencapaian hasil foto yang lebih artistik dan bermakna. Sesuai dengan judul temanya adalah produk kosmetik sebagai media promosi.
Kesimpulan hasil penelitian :
Kesimpulan yang saya dapat dari jurnal ini cukup singkat dikarenakan dari sumber artikel yang juga cukup singkat dan jelas. Yaitu menjelaskan tata cara memotret produk kosmetik dengan teknik fotografi dasar. Dalam setiap foto yang disajikan memiliki elemen visual, makna, dan pesan untuk dilihat dan dibaca, serta dirasakan masyarakat sebagai makna yang dapat menjelaskan citra produk serta informasi maupun esensi keindahannya.
MAKNA KERJA BAGI FOTOGRAFER DI YOGYAKARTA
Penulis jurnal : Amry Permana Ilham
Tahun terbit : 2018
Halaman jurnal :-
Teori :
Penelitian ini mengkaji makna kerja bagi fotografer di Yogyakarta. Fotografi adalah profesi yang berkembang seiring dengan dunia fotografi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dan melibatkan 7 narasumber dari berbagai jenis fotografi di Yogyakarta. Hasilnya menunjukkan bahwa para fotografer tidak hanya berfokus pada faktor finansial, tetapi juga mencari kepuasan batin seperti membuat orang lain bahagia, menunjukkan jati diri, dan kebanggaan atas karya yang diciptakan. Menjadi fotografer didasarkan pada hati, kesukaan, dan passion, yang menciptakan ikatan antara fotografer dan pekerjaannya.
Metode :
Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi untuk memahami pengalaman subjektif para fotografer. Tujuh narasumber yang bekerja di berbagai jenis fotografi diwawancarai secara mendalam untuk menggali makna kerja dari perspektif mereka. Pendekatan yang digunakan oleh peneliti untuk penelitian ini adalah metode kualitatif. Menurut Creswell (2014) penelitian kualitatif merupakan metode yang dilakukan dengan cara melakukan eksplorasi dan memahami makna atau mencari tahu dan memahami permasalahan sosial baik secara individu maupun kelompok. Alasan dari peneliti menggunakan metode pendekatan kualitatif strategi fenomenologi agar bisa mendapatkan hasil dan data yang benar-benar asli dari lapangan bukanlah berasal dari teori yang sudah ada apa lagi penelitian yang dilakukan berkaitan tentang profesi fotografi dan bagaimana para individu yang terjun di dunia fotografer ini memaknai pekerjaan mereka bukan sesuatu yang secara kontekstual tertulis dibuku-buku atau teori tetapi lebih dari hasil pemikiran dan pemahaman para fotografer terhadap diri mereka dan profesi mereka.
Kesimpulan hasil penelitian :
Penelitian pada jurnal ini menyimpulkan bahwa menjadi fotografer di Yogyakarta bukan hanya soal mencari nafkah, tetapi juga tentang mengejar kepuasan batin, mengekspresikan diri, dan mengikuti passion. Fotografi bagi mereka adalah lebih dari sekedar pekerjaan itu adalah cara hidup dan cara untuk berhubungan dengan dunia di sekitar mereka.
VISUALISASI DEWI PERTIWI DALAM
FOTOGRAFI EKSPRESI
Penulis jurnal : Kadek Indra Dwi Saputra, Anis Raharjo dan Putu Agus Bratayadnya
Tahun terbit : 2021
Halaman jurnal : 88 - 101
Teori :
Fotografi sebagai bagian dari seni rupa juga tidak terlepas dari nilai-nilai dan kaidah estetika
senirupa yang berlaku. Esetetika dalam fotografi diperlukan untuk menghadirkan karya foto yang indah baik dalam tataran ideational maupun teknikal. Untuk menghadirkan karya foto yang indah, tidak menutup kemungkinan bahwa setiap objek dipotret beberapa kali dalam rangka eksperimentasi dengan berbagai angle maupun varian lensa dengan filter khusus dan paduan pencahayaan dan kecepatan penutup rana yang berbeda (Soedjono, 2007 : 8)
Metode :
Pada jurnal ini “Visualisasi Dewi Pertiwi dalam Fotografi Ekspresi” memberi pandangan bahwa kerusakan lingkungan global seperti pembakaran hutan dan polusi, telah menurunkan kualitas bumi, mempengaruhi kehidupan manusia. Fotografi ekspresi digunakan untuk mengartikulasikan penurunan kualitas lingkungan melalui visualisasi Dewi Pertiwi, yang melambangkan bumi dan alam. Teknik pencitraan digital dengan Adobe Photoshop digunakan untuk menciptakan karya ini, dengan elemen Panca Maha Butha (air, api, tanah, udara) untuk menyampaikan pesan pentingnya menjaga alam. Dewi Pertiwi dalam Hindu dikenal sebagai Ibu Bumi, simbol kasih sayang dan kehidupan. Lagu "Ibu Pertiwi" karya Ismail Marzuki juga mencerminkan negeri yang kaya namun belum sejahtera. Dewi Pertiwi digambarkan sebagai sosok perempuan yang memberi kasih sayang, sesuai dengan empat elemen bumi (tanah, air, api, udara). Permasalahan yang diangkat mencakup elemen visual Dewi Pertiwi, cara memvisualisasikan agar menarik, dan pesan yang disampaikan kepada masyarakat. Karya ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengingat akan pentingnya menjaga lingkungan.
Kesimpulan hasil penelitian :
Kesimpulan dari jurnal ini adalah bahwa karya seni ini berhasil memvisualkan dampak pencemaran yang dialami oleh Dewi Pertiwi melalui empat elemen alam yang ada, yaitu air, udara, api, dan tanah. Dalam memvisualisasikan karya ini, pencipta menggunakan teknik editing surealis yang menggabungkan beberapa foto menjadi satu frame yang menarik, dengan komposisi dan pencahayaan yang diatur secara kreatif. Penggunaan media cetak canvas juga memberikan tekstur nyata pada karya. Setiap karya seni memiliki pesan yang ingin disampaikan, dan dalam hal ini, pencipta ingin menyampaikan pesan dramatis tentang kerusakan alam yang disebabkan oleh ulah manusia, seperti kebakaran hutan, kerusakan tanah, polusi udara, dan pembuangan limbah ke laut. Melalui karya ini, pencipta berharap dapat meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan serta mengingatkan akan pentingnya menjaga alam bagi keberlangsungan hidup manusia dan ekosistem secara keseluruhan.
PROSES KOMUNIKASI MELALUI MEDIA VISUAL FOTOGRAFI SEBAGAI ILUSTRASI
Penulis jurnal : Agnes Paulina Gunawan
Tahun terbit : 2021
Halaman jurnal : 69 - 77
Teori :
Pemahaman dan interpretasi dari masing-masing pengamat bisa saja berbeda dengan apa yang hendak di ungkapkan oleh fotografernya, dan tentunya bisa berbeda-beda juga, namun semua itu tetap menjadi hal yang wajar yang sangat umum sebagai suatu fenomena umum dalam masyarakat yang berkutat dengan karya seni.
Metode :
Jurnal ini disusun sebagai hasil dari penelitian kualitatif dengan pendekatan melalui metode studi literatur berdasarkan pengumpulan data melalui buku sumber referensi tentang teori-teori berkenaan dengan konsepkonsep fotografi, serta buku tentang teori dan perkembangan kebudayaan yang berkembang memperkaya dunia fotografi, didukung sumber dari internet mengenai teori yang berkaitan dengan materi pembahasan. Termasuk pengamatan langsung dimana pengamat lebih cepat memahami suatu narasi atau tutorial dengan bantuan gambar atau visual yang mendampingi suatu narasi. Meskipun demikian, peran fotografi tetap penting dalam menyediakan visual yang nyata, terutama dalam pemasaran online dan menu makanan untuk meminimalkan kontak fisik. Sementara itu, karya ilustrasi juga mengalami revolusi, dengan banyak pengamat dan pengiklan mulai menghargai karakter dan kreativitas yang ditawarkan oleh ilustrator dan animator.
Kesimpulan hasil penelitian :
Pada jurnal ini menjelaskan bahwa media cetak sering kali memuat banyak tulisan, artikel, dan narasi yang memerlukan dukungan visual untuk mempermudah pemahaman pembaca. Di antara berbagai karya tulisan, ilustrasi dan foto ilustrasi berperan penting dalam menerjemahkan konten tulisan ke dalam visual, mempercepat pemahaman, dan memberikan dimensi tambahan kepada pengamat. Meskipun demikian, pesan yang disampaikan melalui karya foto ilustrasi tidak selalu mudah dipahami secara universal karena pengaruh budaya dan persepsi individu. Pengamat perlu peka terhadap konteks dan konsep asli dari foto ilustrasi tersebut untuk menghindari salah interpretasi. Selain itu, perubahan zaman dan budaya juga memengaruhi tren dan selera konsumen, yang pada gilirannya dapat mengubah pasar dan preferensi terhadap jenis karya visual seperti foto ilustrasi.
PENDEKATAN FOTOGRAFI INTERIOR DAN DETAIL DALAM ARSITEKTUR
Penulis jurnal : Agreichorna Fleyora Bunga Sau, Donny Boy Selan, Komang Bagus Tirtha Anom, Ni Putu Ratih Pradnyaswari Anasta Putri, I Putu Hartawan
Tahun terbit : 2021
Halaman jurnal : 177 - 124
Teori :
Fotografi arsitektur memiliki kesamaan dengan jenis fotografi lainnya, tetapi fokus utamanya adalah mengambil gambar bangunan dengan gaya datar yang mirip dengan gambar desain arsitektur. Seiring perkembangan, fotografi arsitektur telah berkembang untuk menampilkan perspektif yang memperkuat pola garis berulang dan tegak lurus, menciptakan kesan tiga dimensi. Awalnya digunakan untuk mendokumentasikan sejarah bangunan, fotografi arsitektur kini juga menjadi sarana ekspresi seni dan alat promosi untuk memperkenalkan serta memasarkan karya arsitektur. Fotografi arsitektur tidak hanya berfungsi sebagai dokumentasi tetapi juga untuk menonjolkan unsur estetika arsitektur, seni, dan ekspresi, termasuk komunikasi, etika, imajinasi, abstraksi, realitas, emosi, harmoni, drama, dan dimensi waktu. Komposisi yang baik sangat penting untuk menghasilkan karya fotografi arsitektur yang berkualitas, yang membutuhkan kreativitas untuk mengubah realitas bangunan menjadi gambar yang estetis.
Metode :
Penelitian dilakukan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan melalui pengamatan langsung pada objek penelitian yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan kriteria tertentu (Sugiyono, 2008). Data yang dikumpulkan sebagaian besar adalah data primer yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian, sementara data sekunder berasal dari buku dan jurnal. Dengan begitu dapat membantu untuk memahami dan mengeksplorasi lebih dalam pendekatan seni dalam fotografi arsitektur, membahas konsep fotografi dari aspek interior dan detail ruangan, serta teknik pengambilan gambar
Kesimpulan hasil penelitian :
Pada jurnal ini menyimpulkan pengambilan gambar dalam fotografi interior lebih fokus pada detail-detail di dalam ruangan. Pemanfaatan elemen-elemen komposisi dalam fotografi sebagai pendukung tampilan foto membantu untuk menampilkan keindahan dan keunikan ruangan, sehingga menghasilkan karya fotografi interior yang berkualitas. Selain itu, untuk mengabadikan sebuah objek, terutama detail-detail bangunan atau arsitektur, seorang fotografer memerlukan persiapan yang matang, termasuk pemahaman terhadap nilai-nilai objek yang akan difoto, pemilihan sudut pengambilan gambar yang memperlihatkan detail tersebut secara optimal, dan pengaturan kamera yang sesuai baik saat berada jauh maupun dekat dengan objek foto.
PERANCANGAN BISNIS UNTUK JASA FOTOGRAFI BAYI KITA PHOTOLIER
Penulis Jurnal : Kathleen Angelita Kurniawan. Marina Wardaya
Tahun Terbit : 2018
Halaman Jurnal : 12 - 22
Teori :
Fotografi merupakan ilmu yang ditemukan sehingga jasanya dinikmati dan bermanfaat bagi banyak orang. Baik untuk kebutuhan dokumentasi personal maupun kepentingan umum yang menjadi bagian penting dari dinamika hidup kita. (Yuyung Abdi.2012 :1). Dunia bayi menjadi pasar yang terbuka untuk peluang bisnis. Salah satu bisnis yang dibutuhkan adalah jasa fotografi untuk bayi dan anak. Meskipun tidak langsung dibutuhkan oleh anak-anak, tetapi banyak orang tua yang rela mengeluarkan biaya lebih untuk mempekerjakan fotografer profesional agar dapat mengabadikan momen penting anak mereka dengan baik. Penggunaan kamera depan untuk merekam aktivitas anak-anak ternyata cukup berdampak buruk bagi kesehatan mata mereka. Dari masalah ini, jasa fotografi Kita Photolier hadir sebagai penyedia layanan fotografi yang tidak hanya menghasilkan foto bagus, tetapi juga memiliki cerita yang ingin disampaikan melalui foto yang diambil, seperti pelukan hangat seorang ayah, dekapan lembut seorang ibu, atau sandaran manja seorang anak. Pada dasarnya potret harus menyajikan gambaran yang kuat tentang karakter asli yang sejujur-jujurnya dari objek (Gillian Rose.2012 : 29).
Metode :
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan angket/kuisioner dan pendekatan kualitatif dengan memperoleh data dari wawancara dengan ahli dan pengguna ekstrem, serta studi literatur yang relevan. Data primer diperoleh melalui penggunaan kuesioner secara online dan offline kepada 100 calon target pasar untuk menentukan jumlah konsumen yang tertarik menggunakan jasa fotografi bayi dan pendapat mereka tentang layanan fotografi yang sudah ada. Data sekunder diperoleh melalui penelitian dan pencarian informasi dari berbagai literatur dan sumber bacaan yang mengandung teori-teori yang relevan dengan konsep bisnis.
Kesimpulan hasil penelitian :
Pada jurnal ini responden menganggap momen kelahiran sebagai momen yang sangat penting untuk diabadikan. Mereka juga menilai pentingnya mendapatkan bonus berupa foto bayi dari rumah sakit. Edukasi mengenai jenis fotografi ini cukup baik di masyarakat, dan biasanya mereka memilih jasa fotografi berdasarkan rekomendasi dari mulut ke mulut. Menurut mereka, foto yang bagus adalah foto yang mampu menceritakan keadaan dengan sejujur-jujurnya. Usaha fotografi untuk bayi dan keluarga memiliki potensi untuk mengatasi beberapa masalah yang ada di pasar saat ini, seperti dokumentasi foto keluarga selama proses persalinan dan pengambilan gambar bayi yang klasik, abadi, dan hangat.
ANALISIS SEMIOTIKA TERHADAP KARYA FOTOGRAFI JURNALISTIK
MEDIA MUSIK ONLINE RONASCENT.BIZ
Penulis jurnal : Haryo Bahrul Ilmi, Muh Ariffudin Islam
Tahun terbit : 2021
Halaman : 236 - 248
Teori :
Ronascent, sebuah media online berbasis di Surabaya, muncul sebagai bagian dari perubahan dalam era new media. Media ini merupakan perwujudan dari regenerasi dalam industri media massa Surabaya, berakar dari budaya kreatif, terutama musik. Di tengah perubahan media massa, Surabaya mengalami pergeseran dari verbal ke visual, menghadapi krisis identitas karena kehilangan jati diri dalam mengikuti tren. Salah satu fokus utama saat ini adalah aspek visual, terutama dalam foto jurnalistik, yang dianggap berhasil jika mampu mengomunikasikan ide dan gagasan dengan jelas kepada pembaca. Barthes, dalam pemikirannya tentang semiotika, mengamati peralihan dari teks ke gambar sejak tahun 1960-an, dan pemahaman semiotika akan digunakan untuk menganalisis makna visual dari karya foto jurnalistik dalam Ronascent.
Metode :
Metode penelitian yang digunakan dalam jurnal ini adalah metode deskripif kualitatif dengan pendekatan analisis semiotika. Fokus penelitian ini adalah pada karya-karya fotografi jurnalistik dari media musik online Ronascent. Data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu primer dan sekunder. Data primer adalah data yang digunakan langsung untuk mencapai tujuan penelitian, dalam hal ini, karya fotografi jurnalistik Ronascent yang diperoleh secara langsung dari Founder, Tim Redaksi, dan Fotografer Ronascent. Sementara itu, data sekunder diperoleh dari berbagai sumber seperti artikel, buku, dan internet yang relevan dengan objek penelitian untuk mendukung analisis.
Kesimpulan hasil penelitian :
Dalam penelitian ini, karya-karya Ronascent menawarkan realitas yang kontras dan memiliki misi edukatif. Mereka berusaha menangkap dinamika kehidupan komunal musik independen Surabaya dengan jujur. Konsep dan nuansa noise/grain dihadirkan secara berani, sementara karya-karya mereka mencerminkan kejujuran dan ketulusan. Melalui penelitian ini, Ronascent terbukti sebagai media yang tangguh dan cekatan dalam menyajikan berita yang komprehensif, mengungkap hal-hal yang tidak terpikirkan sebelumnya. Peran Ronascent sebagai wadah eksistensi bagi para pelaku dan penggemar musik independen di Surabaya, dengan memberikan informasi, edukasi, promosi, dan menjadi penggerak solidaritas, telah berhasil terpenuhi. Sifat observatif Ronascent dalam membentuk identitas atau ciri khas dianggap berhasil.
ANALISA TEKNIK FOTOGRAFI DALAM TREN FOOD PHOTOGRAPHY
Penulis jurnal : Kadek Dede Muliawan, A. A. Sagung Intan Pradnyanita
Tahun terbit : 2021
Halaman : 40 - 46
Teori :
Dalam jurnal ini “Analisa Teknik Fotografi dalam tren food photography” menjelaskan di situasi pandemi, banyak orang memilih untuk berwirausaha dan membuat produk mereka sendiri karena banyaknya dampak yang dirasakan. Hal ini mengakibatkan munculnya banyak produk atau inovasi baru. Dengan meningkatnya persaingan dalam produk, kebutuhan akan periklanan, terutama dalam hal foto produk, mengalami peningkatan yang signifikan, terutama di sektor makanan dan minuman. Namun, layanan fotografi studio kreatif masih terbatas dan mahal. Oleh karena itu, banyak yang memilih untuk melakukan fotografi produk sendiri untuk menghemat biaya. Namun, kebanyakan dari mereka masih kurang pengalaman dalam melakukannya sendiri tanpa bantuan profesional. Untuk mengatasi kendala ini, penulis menulis jurnal untuk membahas teknik food photography yang sangat diperlukan untuk usaha yang baru merintis.
Metode :
Metode penelitian yang digunakan dalam jurnal ini adalah metode kualitatif untuk melakukan observasi terhadap usaha mikro yang baru dibentuk tahun ini. Usaha yang diamati adalah Insansoliter, sebuah usaha minuman kopi yang baru berdiri. Observasi dilakukan pada 10 November 2020 di lokasi usaha, yaitu di Jalan Tunjung Sari Perumahan Persadasari No. 52. Insansoliter merupakan usaha baru yang awalnya beroperasi dari rumah dengan peralatan yang terbatas.
Kesimpulan hasil penelitian :
Memahami pengaturan komposisi dalam fotografi adalah suatu keharusan. Tanpa pemahaman tersebut, kita tidak dapat menghasilkan foto yang optimal. Dengan menggunakan taknik photography yang efektif, foto makanan akan lebih menarik, dan mendapatkan perhatian calon konsumen. Setelah mempelajari teknik-teknik food photography, penting bagi kita untuk melihat contoh pengaplikasiannya dalam usaha makanan yang telah berhasil menerapkannya. Penulis melakukan observasi online melalui Instagram untuk menemukan contoh-contoh tersebut, seperti Pison Coffee di Jalan Petitenget, Denpasar, yang terlihat telah menggunakan teknik food photography dengan sangat efektif. Melalui akun Instagram @pisoncoffee, Pison Coffee berhasil menampilkan foto-foto makanan yang menarik, meningkatkan profesionalitas media promosi mereka, dan menarik minat pengunjung. Hal ini tercermin dari banyaknya pengunjung yang datang dan percaya diri untuk berbagi foto makanan dari restoran tersebut.
DISAAT FOTOGRAFI JURNALISTIK
BUKAN SEKEDAR PEMBERITAAN
Penulis jurnal : Raden Daniel Wisnu Wardana
Tahun terbit : 2017
Halaman : 93 - 108
Teori :
Dalam jurnal ini “Analisa Teknik Fotografi dalam tren food photography” menjelaskan di situasi pandemi, banyak orang memilih untuk berwirausaha dan membuat produk mereka sendiri karena banyaknya dampak yang dirasakan. Hal ini mengakibatkan munculnya banyak produk atau inovasi baru. Dengan meningkatnya persaingan dalam produk, kebutuhan akan periklanan, terutama dalam hal foto produk, mengalami peningkatan yang signifikan, terutama di sektor makanan dan minuman. Namun, layanan fotografi studio kreatif masih terbatas dan mahal. Oleh karena itu, banyak yang memilih untuk melakukan fotografi produk sendiri untuk menghemat biaya. Namun, kebanyakan dari mereka masih kurang pengalaman dalam melakukannya sendiri tanpa bantuan profesional. Untuk mengatasi kendala ini, penulis menulis jurnal untuk membahas teknik food photography yang sangat diperlukan untuk usaha yang baru merintis.
Metode :
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah fenomenologi berasal dari bahasa Yunani dengan asal suku kata pahainomenon (gejala atau fenomena). Adapun studi fenomenologi bertujuan untuk menggali kesadaran terdalam para subjek mengenai pengalaman beserta maknanya. Para fotografer dapat menjadi narasumber utama kemudian ditambah konsumen yang menunjang ilmu tersebut. Kemudian peneliti menguraikannya dalam sebuah tulisan, namun peneliti tidak memasukan argumennya dalam memahami sebuah foto tersebut dan tidak memasukkan segala apa yang ada dipikirannya dalam membahas ilmu fotografi yang ditulis dalam penelitiannya ini.
Kesimpulan hasil penelitian :
Secara keseluruhan jurnal ini adalah bahwa fotografi memiliki peran penting dalam media massa, baik cetak maupun elektronik, sebagai pendukung isi teks. Fotografi jurnalistik berfokus pada merekam peristiwa dengan menyampaikan informasi secara visual, memenuhi kaidah pemberitaan dengan unsur 5W+1H. Foto jurnalistik harus mengambil gambar dari berbagai sudut pandang untuk mencakup keseluruhan peristiwa. Sementara itu, foto human interest menyoroti aspek manusiawi dengan fokus pada ekspresi dan keunikan individu. Fotografi memiliki batasan etika, terutama dalam fotografi jurnalistik, yang menekankan pentingnya kesaksian visual yang akurat dan detail dari setiap kejadian. Penggunaan banyak foto untuk merepresentasikan sebuah cerita menjadi penting untuk mendapatkan informasi yang tepat dan mendetail.
MEMAKNAI EMOSI SEBUAH KOTA MELALUI
FOTOGRAFI JALANAN
Penulis jurnal : Mastita Bibsy Zainnahar, Wisnu Dwicahyo
Tahun terbit : 2021
Halaman : 144 - 150
Teori :
Dalam jurnal ini “Memaknai emsoi sebuah kot amelalui fotografi” menjelaskan Estetika fotografi dihadapkan pada sebuah situasi yang problematis dan kompleks ketika berhadapan dengan status seni fotografi. Fotografi telah membuktikannya dengan menghadirkan dirinya sebagaimana layaknya media seni rupa yang lain bahwa karya-karyanya dapat menjadi medium ekspresi sang pemotretnya (fotografi ekspresi) baik itu secara konseptual maupun dalam bentuk ‘gaya’ atau dengan cara tertentu dalam menampilkan karyanya (Soedjono, 2006:4). Banyak sekali genre di dalam fotografi salah satunya adalah street photography dimana genre ini memiliki segmentasinya sendiri para penyuka street fotografi ini biasanya adalah orang-orang yang tertarik dengan kehidupan diperkotaan.
Metode :
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah fenomenologi berasal dari bahasa Yunani dengan asal suku kata pahainomenon (gejala atau fenomena). Adapun studi fenomenologi bertujuan untuk menggali kesadaran terdalam para subjek mengenai pengalaman beserta maknanya. Para fotografer dapat menjadi narasumber utama kemudian ditambah konsumen yang menunjang ilmu tersebut. Kemudian peneliti menguraikannya dalam sebuah tulisan, namun peneliti tidak memasukan argumennya dalam memahami sebuah foto tersebut dan tidak memasukkan segala apa yang ada dipikirannya dalam membahas ilmu fotografi yang ditulis dalam penelitiannya ini.
Kesimpulan hasil penelitian :
Manusia adalah makhluk yang istimewa di mana setiap pergerakannya memberikan sebuah cerita ditambah dengan suasana perkotaan yang memiliki ketegangan dan manusia adalah subyek utama dari fotografi jalanan. Perkotaan yang memiliki dinamika menjadi pembeda dari pedesaan maka dari itu ruang lingkup fotografi jalanan adalah perkotaan. Memaknai emosi sebuah kota lewat fotografi jalanan adalah hal tepat karena ruang lingkup fotografi jalanan adalah kota, emosi ini dibungkus dalam satu momen yang tidak bisa terulang dan fotografi jalanan bukan hanya memotret di jalan, tetapi mengabadikan momen yang memiliki cerita dan tersusun atas elemenelemen visual yang menciptakan nilai yang bukan hanya tentang estetika.
ANALISIS KOMPOSISI FOTOGRAFI PADA FOTO EDITORIAL
“ELEPHANTS” KARYA STEVE MCCURRY
Penulis jurnal : Yana Erlyana, Dicky Setiawan
Tahun terbit : 2019
Halaman : 71 - 79
Teori :
Dalam jurnal ini Fotografi memiliki akar kata dari bahasa Yunani, "Fos" yang berarti cahaya, dan "Grafo" yang berarti melukis atau menulis. Dalam kamus Bahasa Indonesia, fotografi diartikan sebagai seni atau proses menghasilkan gambar menggunakan cahaya pada film. Menurut Ansel Adams, fotografi adalah media yang kuat dalam berekspresi dan berkomunikasi, menawarkan berbagai persepsi, interpretasi, dan eksekusi yang tak terbatas. Secara umum, fotografi adalah proses atau metode untuk merekam pantulan cahaya dari suatu obyek pada media yang peka cahaya. Foto, sebagai hasil fotografi, adalah alat visual efektif yang mampu memvisualkan sesuatu secara konkret dan akurat, serta mengatasi batasan ruang dan waktu. Fotografi juga dianggap sebagai bentuk komunikasi nonverbal yang kuat, mampu memperluas pandangan, pikiran, dan perasaan, serta menyampaikan keajaiban dan kasih sayang kepada penontonnya.
Metode :
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah fenomenologi berasal dari bahasa Yunani dengan asal suku kata pahainomenon (gejala atau fenomena). Adapun studi fenomenologi bertujuan untuk menggali kesadaran terdalam para subjek mengenai pengalaman beserta maknanya. Para fotografer dapat menjadi narasumber utama kemudian ditambah konsumen yang menunjang ilmu tersebut. Kemudian peneliti menguraikannya dalam sebuah tulisan, namun peneliti tidak memasukan argumennya dalam memahami sebuah foto tersebut dan tidak memasukkan segala apa yang ada dipikirannya dalam membahas ilmu fotografi yang ditulis dalam penelitiannya ini.
Kesimpulan hasil penelitian :
Manusia adalah makhluk yang istimewa di mana setiap pergerakannya memberikan sebuah cerita ditambah dengan suasana perkotaan yang memiliki ketegangan dan manusia adalah subyek utama dari fotografi jalanan. Perkotaan yang memiliki dinamika menjadi pembeda dari pedesaan maka dari itu ruang lingkup fotografi jalanan adalah perkotaan. Memaknai emosi sebuah kota lewat fotografi jalanan adalah hal tepat karena ruang lingkup fotografi jalanan adalah kota, emosi ini dibungkus dalam satu momen yang tidak bisa terulang dan fotografi jalanan bukan hanya memotret di jalan, tetapi mengabadikan momen yang memiliki cerita dan tersusun atas elemenelemen visual yang menciptakan nilai yang bukan hanya tentang estetika.
PAMERAN FOTOGRAFI BERBASIS PROJECT BASED LEARNING
Penulis jurnal : Muh. Husein Baysha & Endah Resnandari Puji Astuti
Tahun terbit : 2017
Halaman : 151 - 157
Teori :
Dalam jurnal ini menjelaskan tentang mata kuliah ini menggunakan model pembelajaran Project Based Learning, di mana mahasiswa dituntut untuk melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Dosen berperan sebagai fasilitator, pelatih, penasehat, dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal dari daya imajinasi, kreasi, dan inovasi mahasiswa.
Metode :
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitian studi kasus (case
study). Kaitannya penelitian ini, pendekatan studi kasus untuk menghimpun data, mengambil makna,
memperoleh pemahaman pameran fotografi berbasis project based learning program studi teknologi pendidikan dimataram. Metode deskriptif adalah untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia
(Nana Syaodih Sukmadinata, 2008: 72). Penelitian deskriptif-kualitatif adalah untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomenafenomena apa adanya yang terdapat pada status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa secara sistematis faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, data-data atau gambaran secara riil dan valid, atas fenomena yang ada di lapangan.
Kesimpulan hasil penelitian :
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan yaitu bentuk pameran yang diselenggarakan oleh Program Studi Teknologi Pendidikan adalah Pameran Fotografi dengan tema “Pendidikan dan Kearifan Lokal”. Pameran ini diselenggarakan sebagai aplikasi model pembelajaran Project Based Learning pada Mata Kuliah Produksi media grafis/foto dan fungsi pameran fotografi yang Prosiding Seminar Nasional dilaksanakan prodi Teknologi Pendidikan adalah sebagai sarana apresiasi, komunikasi, fungsi edukasi, rekreasi, prestasi, motivasi dan berorganisasi bagi mahasiswa Teknologi Pendidikan pada khususnya dan bagi mayarakat pada umumnya.
GENRE FOTOGRAFI YANG DIMINATI
OLEH FOTOGRAFER DI INDONESIA
Penulis jurnal : Agnes Paulina Gunawan
Tahun terbit : 2014
Halaman : 1234-1245
Teori :
Sekarang dengan perkembangan tehnologi karya fotografi ada yang dikategorikan
dalam genre foto dengan smartphones. Bahkan perkembangan ini juga menciptakan profesi baru yang
berhubungan dengan bidang fotografi selain fotografernya, misalnya asisten fotografer, make up artist
dalam bidang fashion, food stylish dalam bidang foto makanan, atau pun digital artist untuk mengolah
data digital dalam karya komersial (Felix, 2011)
Metode :
Penulisan jurnal ini disusun sebagai hasil dari penelitian kualitatif dengan pendekatan melalui
metode studi literatur. Pengumpulan data dilakukan melalui buku teori fotografi dan artikel, buku fotografi serta sumber internet teori terkait materi yang dibahas. Penelitian tersebut juga didasarkan pada pengalaman dan proses praktik serta informasi dari praktisi fotografi dan desain di bidang terkait.
Kesimpulan hasil penelitian :
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dipastikan perubahan dan perkembangan karya para fotografer ini akan terus menciptakan dan menambah genre-genre baru yang akan terus memperkaya bidang fotografi khususnya fotografi Indonesia. Dalam kurun waktu yang sangat lama, bidang fotografi berkembang pesat sehingga memunculkan aliran dan genre yang menjadi bagian dari perluasannya. Perkembangan genre-genre tersebut tidak terlepas dari campur tangan para fotografer yang merupakan seniman di bidang tersebut. Sifat karya fotografi menjadi semakin beragam dan inklusif melalui konsep, ide, dan proses produksinya.
PERANCANGAN KARYA FOTOGRAFI FASHION DALAM RANGKA
MENGAPRESIASI LOMBA TUJUH BELASAN
Penulis jurnal : Sharon Angelia, Bing Bedjo Tanudjaja, Daniel Kurniawan Salamoon
Tahun terbit : 2014
Halaman : -
Teori :
Pemilihan fotografi fashion dalam jurnal ini didasarkan pada fungsi utama fotografi, yang meliputi dokumentasi, komunikasi, seni, dan ekspresi. Fotografi fashion dipilih karena mampu mengkomunikasikan identitas budaya melalui simbol dan cerminan budaya yang dibawa oleh fashion. Media komunikasi visual digunakan untuk merancang fotografi fashion dengan konsep lomba-lomba saat merayakan tujuh belasan. Meskipun fotografi fashion tidak merekam kejadian nyata, namun dirancang sedemikian rupa untuk merepresentasikan kejadian sesungguhnya. Perancangan ini ditujukan kepada generasi muda Indonesia dengan rentang usia 17-25 tahun yang tertarik pada estetika, inovasi, fotografi, dan fashion, dengan tujuan mencapai target sasaran yang telah ditetapkan.
Metode :
Metode penelitian data utama perancangan karya fotografi fashion tematik kompetisi XVII meliputi wawancara, observasi dan studi literatur, baik dari buku maupun internet. Wawancara dilakukan kepada orang-orang yang memiliki pengetahuan relevan seperti fotografer dan pemerhati fashion, sedangkan observasi dilakukan terhadap suasana kompetisi ketujuh belas dan karya fotografi terkait. Metode penelitian data sekunder menggunakan dokumen dan karya visual yang telah dibuat sebelumnya. Analisis data menggunakan metode kualitatif dengan unit analisis 5W+1H, meliputi pertanyaan terkait jenis lomba, pesan yang disampaikan, lokasi dan waktu pelaksanaan, alasan pelaksanaan, khalayak sasaran, dan metode pelaksanaan mendesain set foto fashion bertemakan kontes kecantikan ke 17. Konsep desain karya fotografi fashion ini secara visual mewakili suasana kontes kecantikan ke 17 di Indonesia dengan dukungan para Stylist dan makeup artist, guna mempertegas makna yang disampaikan, hanya boleh menggunakan model perempuan sebagai peserta kompetisi, dengan alasan bahwa perempuan seringkali menjadi objek seni dalam budaya yang berbeda.
Kesimpulan hasil penelitian :
Kesimpulan yang dapat diambil dari jurnal ini adalah fenomena budaya Indonesia berupa Lomba Tujuh Belas mempunyai makna yang mendalam dibaliknya. Partisipasi masyarakat dalam kompetisi Seventeen merupakan wujud pengabdian mengikuti jejak para pahlawan perjuangan Indonesia. Satu foto bisa merekam sepuluh jenis lomba, tujuh puluh. Melalui pendekatan bahwa fashion kini dilihat sebagai sesuatu yang kurang lebih merupakan praktik untuk memberi kesan dalam kehidupan, masyarakat dapat lebih menikmati semangat kompetitif yang dibangun secara estetis dan ekspresif. Dengan memberikan edukasi kepada akan pentingnya kompetisi, masyarakat tidak lagi menganggap remeh kompetisi yang ketujuhbelas ini melainkan mengapresiasi perjuangan Pahlawan Kemerdekaan Indonesia. sarana apresiasi, komunikasi, fungsi edukasi, rekreasi, prestasi, motivasi dan berorganisasi bagi mahasiswa Teknologi Pendidikan pada khususnya dan bagi mayarakat pada umumnya.
Comments
Post a Comment